Kamis, 03 Maret 2011

AKU PADA ........

“hanya ingin kamu tau!
aku hanya ingin mendengar kata-kata itu dari bibir mu, bukan dia.
tolong, jangan membuat aku memilih yang lain...
tidak cukupkah waktu yang aku berikan selama ini untuk mu berpikir?”



itu adalah kata-kata yang ingin aku ucapkan kepadanya ketika aku mendapat sebuah pertanyaan yang tidak aku sangka-sangka dari seorang teman. Teman itu memintaku untuk menjadi pacarnya. Sejujurnya, aku tidak memiliki perasaan lebih terhadap teman itu selain menganggapnya sebagai teman. Karena sebagian hatiku sudah lebih dulu tertuju pada dirinya. Meski aku sudah berusaha menunjukkan sedikit dari perasaan itu, tapi hatinya selalu tidak bisa ku tebak. Dan bodohnya aku, kata-kata itu tidak pernah aku ucapkan ataupun aku kirimkan kepadanya. Dan malah lebih bodohnya lagi aku malah menerima perasaan teman itu. Entah karena asa seganku pada teman yang berusaha untuk menjodohkan ku dengan teman itu atau karena rasa kecewa ku karena rasaku padanya tidak mendapat tanggapan darinya. Tapi yang aku tau pasti bahwa saat itu adalah kebodohanku hingga akhirnya penyesalan yang datang nya selalu belakangan ini terjadi.

Aku tau meski aku sudah memiliki seseorang disamping ku, tapi perasaaan kagum akan dirinya tak pernah benar-benar hilang. Bahkan di saat aku mulai mencoba menghilangkan perasaanku dan mencoba untuk membuka haiku pada yang lain ini, aku tidak benar-benar terlepas dari perasaan ini. Tanpa disadari saat mendengar kabar tentangnya selalu saja ada sedikit perasaan menyelinap di hati ini. Aku tau ini salah, karena aku telahdimiliki orang lain.

Aku selalu berusaha untuk memberikan rasa yang sama pada orang itu. Tapi aku tidak pernah benar-benar berhasil. Aku selalu saja merasa tersiksa dengan keadaan seperti ini dan aku selalu merasakan ketidaknyaman saat bersama orang itu. Aku tau aku telah melakukan kesalahan besar dengan menerima orang itu dulu dan aku malah menyiksanya dengan kepura-puraan ku selama ini.

Dan dia yang selalu aku kagumi tidak pernah benar-benar tau bagaimana perasaan kagum ku padanya. Tapi kiki aku merasa itu tidak menjadi masalah. Selama aku masih bisa berbicara padanya, itu saja suda cukup.

Aku tidak ingin menyiksa diriku dengan kepura-puraan dan ketidaknyamanan ku serta rasa yang tidak mampu sama aku berikan pada orang itu. Mungkin aku telah melukai perasaan orang itu tapi aku juga telah terluka dengan kesalahanku. Maka dari itu aku tidak ingin membuat luka yang lebih parah lagi. Aku harus mengambil keputusan.

Ini bukan karena aku pada dirinya, tapi lebih karena aku pada diriku dan aku pada orang itu.

2 komentar:

terima kasih udah mampir.. ^^
mau tinggalkan pesan, kasih komentar, kritik atau saran, dipersilahkan...